MANUSIA HARUS SELALU BERSYUKUR ATAS SEMUA YANG DI BERIKAN OLEH ALLAH

Rabu, 13 Juli 2011

INTENSITAS IBADAH MAHASISWA STAIN SALATIGA

A. Mukodhimah
Islam adalah dinullah yang diwahyukan kepada semua rosul-rosulnya, sejak Nabi Adam Allaihisalam sampai Nabi Muhamad saw, islam agama yang di wahyukan kepada Rosul Muhamad sebagai Khatamul Ambiyak Wal Mursalin, adalah agama terakhir, yang menjadi agama paling sepurna di antaranya. Di dalamnya sarat dengan aturan aturan, serta pedoan pedoman yang d hidup akan dijadikan norma dalam hidup dan kehidupan manusia,dari persoalan yang kecil maupun besar sekalipun, baik teknik-tekniknya maupun pelaksanaannya, sehingga hidup akan damai, tertib, sejahtera, saling menyayanggi satu dengan yang lainya.
Aspek-aspek yang menjadi ajaran islam sangatlah luas, namun dapat di sederhanakan menjadi aqidah, ibadah, rukun islam rukun iman, muamalah dan sebagainya, adapun sumber ajaran islam yang paling pokok dan utama adalah al-qur’an dan sunnah rosul, dalam kehidupan actual, juga pendalamannya memerlukan pemikiran terus menerus sesuai denan tuntunan jiwa dan al-qur’an juga sunnah rosul untuk memehami tuntutan dari zaman ke zaman.
Berbicara masalah ibadah di kalangan mahasiswa tidak ada batasan untuk mebahasnya, kinerja ibadah memang selalu hangat untuk di bicarakan, tatanan kehidupan yang menjadi hak paling utama dalam setiap diri manusia, dalam hal ini sudah menjadi kewajaran jika sebuah kepribadian yang di miliki setiap individu haruslah memiliki ketauhitan atau dasar keimanan, tak hayal terkadang perilaku ibadah setiap manusia selalu memiliki tingkatan yang berbeda, ada kalanya ilmu pengetahuan yang menjadikan seorang lebih memeilki kemapuan cenderung mengutamakan totalitasnya dalam urusan agamanya, hal ini tentunya bukanlah suatu perbedaan yang mendasar dalam mengukur sejauh mana seseorang memiliki intensitas yang lebih dalam ibadahnya.
B. Pengertian Ibadah
“Secara etimologis ibadah adalah kata dasar (masdar) dari 'abada-ya'budu-ibâdatan yang artinya mengabdi atau menghambakan diri. Menurut para fakar bahasa Arab, seperti Ibnu mandhur Al Afriqy, asal makna dari ibadah adalah "tunduk dan menghinakan diri" (al khudu'u wat tadzallul) atau "kepatuhan dengan rasa tunduk" (at thâ'ah ma'al khudhu'i). Bagian tanah di padang pasir yang menjadi rendah karena sering dilewati dan diinjak disebut "tharîq muta'abbad". Seorang budak atau hamba sahaya dinamakn 'âbid karena ia tunduk dan patuh kepada perintah majikannya. Maka setiap keta'atan atau kepatuhan dengan rasa tunduk dan rendah diri kepada sesuatu berarti telah beribadah kepada sesuatu itu dan ia telah menjadi hambanya. Oleh sebab itu muncul istilah 'abadat thâghut yang berarti para pengabdi syetan, 'abdud dînar wad dirhâm yang artinya para pengabdi uang Dinar dan Dirham seperti yang disebutkan dalam hadits nabi, "celakalah para hamba dinar dan dirham dan pakaian kebesaran…"
Allah dalam konteks ini di sebut ma’bud, yaitu dzat yang diibadahi atau disembah atau disesembahkan, sedangkan manusia disebut ‘abdun atau ‘abid, artinya orang yang mengabdi, beribadah atau menyebah, jama’nya ‘bad, sehinga ada istilah dalam al-qur’an ‘ibda al-rahman, yang artinya hamba-hamba allah sang penyayang, seperti yang banyak tercantum dalam al-qur’an, sebagai contoh dalm surat al-fatihah ayat 5:
    
Artinya:
Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7]
Ayat di atas memiliki makna tawhid al-‘ibadah, yaitu peusatan pengabdian kepada allah swt, sebagai sau satunya dzat yang berhak dan wajib di ibadai, yakni ditaati, dilayani, di abdi.
Ibadah adalah salah bagian yang paling interen yang menjadi praifesi bagi setiap individu, karna ibadah dalam hal ini (islam), bukan hanya pada batasan rukun islam atau rukun iman yang menjadi pedoman atau bahkan lebih dari sekedar itu, ibadah yang dimaksutkan dalam ukuran al-qur’an bisa lebih luas kaitanya dan tentunya yang paling mendasar dari sekedar pengabdian atau keyakinanya terhadap tuhan yang maha esa, akan tetapi juga ibadah keseluruhan dalam dimensi ini adalah vertical (hablu minaallah) dan di mensi horizontal (hablu minannas).

C. Pola Pelaksanaan Ibadah
a) Ibadah khusus (al-ibadah al khassah)
Ibadah khusus yaitu suatu bentuk amaliah’ubudiyah yang segala tata Cara, perincian dan kadarnya telh di tentukan oleh syari’ (pebuat syari’at), yaitu allah dan rosulnya, ibadah kategori ini juga sering di sebut ibadah mahdah, pelaksanaan ibadah ini menunggu perintah dari allah dan rosulnya. Tegasnya dalam ibadah khusus ini suatu yang tidak di tuntutkan harus di tinggalkan dan hanya di perintahkan saja dan harus dikerjakan, dalam kategori wajib maupun sunnah. Untuk itu pelaksnaan ibadah madhah harus dilaksanakan di atas prinsip-prinsip
Pertama; hanya allah yang berhak di sembah dan meng Esakan allah secara mutlak jelas tertera, sesuatu yang tertera dalam al-qur’an bahwa ruh aqidah islam adalah tauhid yaitu “laila haillahah wa muhammadurrasullah”
Kedua; melakukan ibadah tanpa perantara, manusia tidak memerlukan wasilah atau perantara secara pisik dalam beribadah kepada Allah maha mendengar mengetahui akan hambanya
Ketiga; ikhlas adalah sendi ibadah yang akan di terima di sisi Allah ikhlas merupakan niat hati yang murni dan suci hanya untuk memperoleh keridhoan Allah semata.
Ibadah umum di antarnya adalah ibadah yang umum yang ada dalam landasan islam, seperti, sholat, puasa, zakat, hajji, dan sebagainya. Ibadah adhoh ini lebih mencerminkan
Keempat; ibadah sesuai dengan tuntutan Allah dan rosulnya, ibadah hamba hamba yang sudah ditetapkan tuntutanya dan harus menunaikan sesuai dengan yang di tentukan oleh syara’.
Kelima; memelihara keseimbangan dalam beribadah, karna agama islam di berikan kepada manusia dengan tujuan agar dijadikan sebagai pendoman hidup dalam mengarunggi kehidupan dan dapat menjamin kesejahteraan dalam dunia dan akhirat.
Keenam; ibadah itu mudah dan meringankan. Ibadah yang (vertical), meskipun juga tetap ada kaitanya dengan dimensi horizontal.

b) Ibadah umum (al- ibadah al amanah).
Sedangkan ibadah umum(al-ibadah al amanah) ialah segala perbuatan yang di ijinkan allah dan rosulnya yang dilaksanakan demi taqqarup illahah, ibadah uum ini juga sering di sebut juga dengan istilah mu’amalah dalam arti yang luas,ajaran isla hanya memberikan rambu rabu terutama etikanya.
Adapun prinsip prinsip umum dalam ibadah umu(mu’aalah ) ini ialah:
Pertama: kemulyaan manusia(karomah insaniyah),manusia diciptakan Allah sebagai kholifah di bumi yang bertugas meakmurkan bumi seperti dalam surat al-baqoroh ayat 30 yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

kedua: kesatuan umat manusia (wahdat al ummah), umat manusia berasal dari satu keturunan.
Ketiga; kerjasama umat manusia (l-ta’awun al-insani), islam memerintahkan kerja sama untuk kebajigan dan takwa, dan melarang kerja sa untuk dosa dan pelanggaran.
Keempat; toleransi (al-tasamuh) islam member kebebasan kepada manusia untuk saling berbeda pandangan, dan keinginan tetapi antara mereka harus ada sikap saling menghargai dan menghormati, namun demikian toleransi tidak untuk berbuat jahat.
Kelima; kemerdekaan menyangkup kemerdekaan pribadi, mengemukakan pendapat, beragama, menentukan nasib, dan sebagainya.
Keenam; keadilan (al-‘adalah) yaitu memberikan kepada orang lain haknya, menempatkan sesuatu pada tempatnya, yang menyangkup pada kedilan hokum,kedilan social, dan kedilan hubungan antar Negara.
Ketujuh; amar ma’ruf nahi munkar Pola ibadah yang demikian itu bukan berarti hanya ibadah mahdhah itu hanya milik allah semata, ibadah dala islam selalu berdimensi vertical dan horizon atau dengan kata lain selalu akan ada kaitanya dengan dengan dimensi spiritual dan dimensi social.

D. Wujud dan Bentuk Ibadah
Ibadah adalah merupakan pernyataan pengabdian kepada Allah, Rab al-izzah, yang sesungguhnya merupakan hal yang fitri bagi setiap ingsan, yaitu secara intrinsik manusia memiliki kecenderungan untuk menyembah ALLah serta mengabdi, sekarang bagaimanakah perwujutan ibadah secara kongkrit dan totalitas itu? Seperti dalam tertera dalam al-qur’an surat al-dzari ayat 56 yang artinya sebagai berikut; ”dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-ku.”
Untuk itu marilah kita kaji pendalaman pertanyaan yang mendasar di atas, kita kelompokkan ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan konsepsi ibadah menurut ajaran agama islam, ayat ayat itu adalah sebagai berikut:
Pertama; ayat tentang manusia hidup di bumi ini dengan kesangupan mengembangkan amanat Allah, dalam ( Q.S surat al-ahzab;7 (yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.”

Kedua: karena telah menyanggupi amanah Allah SWT. Manusia di angkat menjadi ”kholifah di bumi” dengan tugas tertentu yaitu dengan membangun bumi dan menjaga ketertiban dankeamananya dalam kehidupan dunia (Q.S Surat al-baqoroh:30) yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Ketiga: ALLah telah menegaskan bahwa penunaian tugas kekholifahan adalah ibadah manusia kepada Allah SWT. (Q.S An-nur 55) yang artinya “Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.”

Keempat: Ibadah manusia kepada Allah SWT. dalam hidupnya di bumi seluruhnya untuk membuat kemakmuran (Q.S AL-Hud:61) yang artinya “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, Karena itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Bahwa wujud dan bentuk kongkrit ibadah secara totalitas itu ialah” amanat Allah sebagai kholifah-NYA dibumi, yang tugasnya membangun dunia, menjaga serta memelihara ketertiban serta keamananya untuk menciptanya kemakuran di dalamnya dengan senan tiasa bertasbih, memuji dan mensucikan nama-nya.

E. Intensitas Ibadah Mahasiswa STAIN Salatiga
Diukur dari intensitas ibadah di kalangan mahasiswa stain salatiga tentunya sangat berbeda dilihat dari latar belakang penerapan perilaku kesehariannya dan dalam pebiasaanya dalam proses melaksanakanya. Kita lihat dari kecenderungan atau kebiasaan cara meraka beribadah tentu sangat berpengaruh kepada totalitsnya dalam menerapkan segala sesuatu yang ia dapatkan dari dunia pendidikan, untuk itu banyaklah proses yang harus dilalui sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki kinerjanya dalan urusan dengan sang khaliq, salah satunya usahanya dengan mencari dan mengali kebenaran, dengan kesempurnaan agseear usaha mencapai keridhoan dan rohmatallil alamin bisa benar-benar didapatkan.

a) Mahasiswa Sebagai Manusia Pembelajar
Secara sederhana dan umum banyak orang mengartikan pembelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi usaha seorang sebagai proses perubahan, baik secara perilaku berfikir, serta cara pandang, sebagai wujud pengabdianya untuk masyarakat bangsa dan agammanya. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus di penuhi sepanjang khayat tanpa pendidikan mustahil anak manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi dan konsep hidup yang mereka jalan. seperti tegas dalam sabda nabi saw. ”mencari ilu wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan”
Untuk itui kita sebagai manusia yang sadar akan kebutuhan mencari ilmu haruslah benar–benar mampu mendapatkanya, dengan kata lain (mahasiswa) sebagai wujud perilaku langsung haruslah memanfaatkan segala sesuatu yang ada pada diri kita, mengali potensi sebanyak banyaknya untuk mewujudkan cita-cita sebagai manusia pembelajar, yang tentunya harus sejalan dengan kaidah agama kita yaitu agama islam.
Sebagai manusia yang terdidik (mahasiswa), kita harus mampu merealisaikan setiap ilmu yang kita dapatkan dengan menjalankan dan menerapkan setiap ilmu dan keutamaan yang kita peroleh dari proses pembelajaran, karna hidup dan apa yang ada pada kehidupan itu adalah proses belajar itu sendiri, kita sebagai hamba Allah yang beriman dan di beri bekal nalar dan pengetahuan yang tinggi, tentu harus mampu merealisasikan segala wujud perilaku dan perbuatan kita dengan niatan ibadah, dengan niat benar-benar mendapatkan keridhoa-NYA.

b) Ilmu Sebagai Salah Satu Kesepurnaaan Dalam Ibadah
Dalam kitab terjemahan nashaihul ibad(nasehat nasehat untuk para hamba) karya imam nawawi AL-bantani, ada 5 macam kesentoaaan yang seharusnya dimiliki oleh umat muhamad yaitu: 1) orang yang memiliki dan mau mencari ilmu serta mengamalkanya. 2) orang yang mau menjalankan ibadah secara ikhlas. 3) orang yang mau mencari rizki yang halal. 4) orang yang selalu sabar dalam enerima musibah. 5) dan orang yang selalu biasa enyukuri nikmat Allah SWT.
“Ilmu itu adalah sebagian dari ibadah” unggkapan yang sangat sederhana tapi bermakna luas, seperti yang telah tertulis dalam pengertian dan konsep ibadah di atas tentu jelas kaitanya ilmu dengan ibadah,” Ilmu itu mampu meninggikan derajat seseorang,” karna tugas pertama manusia di ciptakan di muka bumi oleh Allah adalah untuk menyembahnya” dan menjadi kholifah di bumi ini, dengan ilmu derajad seseorang tentu mampu menjadi manusia terpilih untuk menjadi pemimpin yang berilmu dengan semangat yang di miliki itu tentunya akan tercipta sebuah keberhasilan perdamaian di bumi, jadi pada intinya seseorang yang berilmu tentunya lebih pantas terpilih menjadi seorang pemimpin, sebagai wujud ibadah dan yang di perintahkan oleh Allah SWT.

c) Urgensi Penerapan Keilmuan Mahasiswa Stain Salatiga Dalam Pelaksanaan Ibadah
Mahasiswa Stain Salatiga adalah mahasiswa yang terdidik yang berlandaskan pada asas keagaaan yang di junjung tinggi dengan dasar pengabdian yang tinggi terhadap Bangsa dan Negara, dengan dasar membentuk keiaman dan ketakwaan yang menjadi dasar penerapan budi pekarti di dalamnya, mewujudkan peranan konsep–konsep dalam landasan ajaran rukun islam dan rukun iman sebagai mana al-qur’an dan al-hadist merupakan pedoan hidup yang harus dijalani dalam upaya mencapai sebuah landasan islam dan cara ibadah yang benar-benar sempurna.
Tentulah pelaksanaan ibadah dikalangan mahasiswa sangat mumpuni (bisa) benar- benar terlaksana dengan lebih baik, walaupun bukan dengan lebih sempurna seperti yang banyak diharapkan, namun sudah bisa dikatakan mereka memiliki intensitas ibadah yang cukup tinggi, terbukti pula mereka mampu mengorginir setiap perilaku dan proses peribadatan yang banyak terupdet setiap waktu, dengan sholat lima waktu, menjalankan ibadah puasa, melaksanakan ibadah zakat, dimulai dengan bersodakoh serta pengamalan ibadah-ibadah yang lain. Bahkan rentang dan bangunan ibadah yang di miliki diyakini mampu membentuk kepribadian setiap individu.
Pada dasarnya ilmu adalah dasar dimana sebuah perilaku yang islami dapat terwujud dan terlaksana, lewat ilulah semua perilaku yang dikatakan sempurna dapat terlaksana dengan baik, tanpa ilmu tidak akan ada sebuah kebaikan baik dari segi kemajun teknologi maupun terbentuknya ahlak yang mulia, kebaikan dari sebuah ilmu, mampu manjadi kendali dan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, manusia mampu melaksanakan ibadah di muka bumi dengan menjadi kholifah dan utusan dari Allah SWT, Dengan menjalankan semua ajaran-ajaranya, meraih ridhonya dengan ibadah yang ikhlas, dan menjadi hamba yang mampu meraih kehidupan yang lebih berharga sebagai hamba yang beriman.

both;'/>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar